Kamis, 25 Agustus 2011

PENGELOLAAN HUTAN SYSTEM MASYARAKAT

Pokok Permasalahan
Hutan sebagai penyeimbang alam dan paru-paru bumi, dalam kawasan hutan terdapat bermacam-macam keanekaragaman hayati dan non hayati, baik flora maupun fauna. Hutan merupakan kawasan yang sangat potensial terutama dalam menggerakan roda ekonomi masyarakat yang hidup disekitar wilayah hutan.dalam hal ini peranan hutan sangat penting unuk laju pertumbuhan ekonomi masyarakat dilevel bawah, level menengah dan level atas (pengusaha) dan juga sebagai aset/devisa negara.
Dalam perkembangan terakhir ini pemerintah telah gagal mengelola hutan secara partisipatif karena tidak pernah melibatkan masyarakat sekitar hutan sebagai mitra kerja, justru masyarakat hanya dijadikan alat (dikambing hitamkan) dicap sebagai penjarah,perusak dan lain-lain. fenomena inilah yang akhirnya mengakibatkan masyarakat bertindak lebih agresif dalam menyikapai persoalan hutan,tetapi pemerintah cenderung mengabaikan kepentingan masyarakat sekitar hutan dengan dalih pembangunan dan penyelamatan aset-aset negara, pemerintah hanya lebih mempercayakan pengelolaan hutan oleh perusahaan besar seperti PT.Perhutani dan perusahaan-perusahaan besar lainya.
Pengelolaan hutan yang diperankan oleh sebuah perusahaan hanya mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, sehingga masyarakatlah yang akhirnya menjadi korban exploitasi kekayaan sumber daya hutan. Kekeringan dimana-mana, hutan gundul,tanah longsor (contoh : Tragedi Pacet-Mojokerto Jawa timur) itu semua disebabkan karena pengelola hutan (PT.Perhutani) telah melakukan pelanggaran karena tidak memperhatikan tata ruang kawasan hutan yang seharusnya menjadi kawasan lindung dirubah menjadi hutan produksi.dalam PP.No 32/1999 tentang Kawasan Lindung disebutkan bahwa kemiringan 36ยบ lebih dijadikan kawasan lindung dan sebagai hutan konservasi untuk peresapan sumber air dan mencegah terjadinya erosi.
Perubahan fungsi hutan secara besar-besaran telah mengakibatkan kerusakan yang cukup parah dan menciptakan peluang korupsi oleh instansi-instansi terkait, hutan yang seharusnya berfungsi sebagai Hutan konservasi, perlindungan satwa langka, Hutan cagar budaya, Hutan lindung, Hutan rakyat, sekarang hampir semuanya telah berubah menjadikan kawasan Hutan produksi bahkan menjadi kawasan industri, wilayah perumahan elite dan exploitasi Sumber Daya alam secara besar-besaran oleh para penguasa/pemilik modal yang mengesampingkan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Sudah saatnya kita sebagai warga negara yang tertindas oleh kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat kecil dijadikan alat dan dikambing hitamkan atas kerusakan hutan yang terjadi,oleh karena itu kita harus bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang pada akhirnya menyengsarakan masyarakat yang hidup disekitar hutan serta bangsa dan negara khususnya.

Selasa, 23 Agustus 2011

PENDAHULUAN




Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati yang terdiri
atas flora dan fauna. Salah satu flora jenis pohon yang banyak
ditemui di Indonesia adalah Aren (Arenga pinnata). Aren bisa
tumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, di dataran,
lereng bukit, lembah, dan gunung hingga ketinggian 1.400 mdpl.
Akar tanaman yang bisa mencapai kedalaman 6–8 meter ini dapat
menahan erosi, serta sangat efektif menarik dan menahan air. Aren
termasuk jenis palma yang multifungsi, karena seluruh bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Keuntungan lain dalam pengembangan jenis ini, tanaman yang
notabene merajai tanah Indonesia ini tidak membutuhkan pemupukan
dan tidak terserang hama ataupun penyakit yang mengharuskan
penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan. Tidak seperti
singkong dan tebu yang dipanen 3-4 bulan sekali, aren dapat
dipanen sepanjang tahun. Menurut Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit
kimia LIPI, Dr. Hery Haeruddin, dalam satu hektar tanah bisa
ditanami 75-100 pohon. Satu pohon aren mampu menghasilkan hingga
20 liter nira per hari.
Tanaman aren memiliki segudang kelebihan yang tak tertandingi,
dan ke depan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil
bioethanol. Aren memproduksi 36.000 liter ethanol per hektar per
tahun. Untuk menghasilkansatu liter bioetanol diperlukansekitar
15 liter nira. Masa produktif tanaman aren6-8 tahun.
Sejak tahun 2007, Presiden mencanangkan program nasional
penanaman aren di wilayah Indonesia. Anggaran sebesar kurang
lebih 60 miliar disiapkan untuk mensukseskan program tersebut.
Sebuah angin segar yang menjadi pemacu semangat para petani aren
menjadi besar karena permintaan aren tak hanya untuk memenuhi
industri gula saja, namun juga untuk industri bioetanol yang saat
ini sangat marak. Diperkirakan luas lahan potensial yang bisa
digarap untuk lahan aren sekitar 65.000 hektar, tersebar di
wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera
Utara, danNusaTenggaraTimur.
DESKRIPSI TANAMAN AREN
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/1.jpgA.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Spadicitlorae
Suku : Palmae
Marga : Arenga
Jenis : Arenga pinnata Merr.
Namaumum/dagang: Aren
B. Nama Daerah
Aceh : Bakjuk/Bakjok
Karo : Pola/Paula
Toba : Bagot
Mandailing : Agaton/Bargat
Jawa : Aren/Kawung
Sunda : Anau/Neluluk/Nanggong
Dayak : Hanau
Toraja : Onau
Ambon : Mana/Nawa-nawa
C. Habitus
Pohon : Tegak, warna hijau kecoklatan, berupa roset
batang dan berpelepah. Ketinggian tanaman bisa mencapai 25 m,
tanpa banir.
Batang : Tidak berduri, tidak bercabang, diameter dapat mencapai
65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya
jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua
mudah lepas) maka batang pohon aren ini sangat kotor karena
batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua
sulit diambil atau lepas dari batangnya.
Daun : majemuk menyirip, seperti daun kelapa dengan panjang 5 m.
Tangkai daun panjangnyadapat mencapai 1,5 meter Panjang helaian
daun dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm. Anak daun berbentuk
Janset, menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata,
tangkai pendek, warnahijau muda-tua. Bagian bawah daun terdapat
lapisan lilin.
Bunga : Berkelamin tunggal (berumah satu), bentuk tongkol.
Pada ketiak daun : bunga jantan dan betina menyatu pada tongkol,
benang sari banyak, kepala sari bentuk jarum, bunga betina bulat,
bakal buah tiga, putih tiga, putih, mahkota berbagi tiga, kuning
keputih-putihan.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/2.jpgBuah : Buah buni
bentuk bulat atau lonjong, ujung ke dalam, diameter ± 4 cm,
beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti
rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap
tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai
coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena
getahnyasangat gatal.
Biji : Di dalam buah yang masih belum terlalu matang, biji aren
mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya
berwarna kuning dan tipis, bentuk bijinya bulat atau lonjong.
Biji muda ini dikenal dengan nama Kolang Kaling.
Akar : Perakaran serabut, penyebaran secara horisontal mendalam
dapat mencapai > 5m.
D. Manfaat Tanaman
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/3.jpgTegakan
Tegakan Aren dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi di kawasan
lindung baik dalam kawasan hutan lindung maupun kawasan yang
berfungsi sebagai perlindungan setempat. Tegakan Aren dapat
dijadikan sebagai pembatas kawasan hutan dengan lahan masyarakat
yang diambil manfaatnya oleh masyarakat setempat.
Sistem perakaran aren yang serabut dan sebaran horisontal dengan
panjang > 5 m sangat efektif dalam mencegah erosi maupun tanah
longsor pada tanah yang labil.
Tegakan ini sangat bagus dalam mendukung ketersediaan air tanah,
ditunjang oleh sistem perakarannya. Permukaan tanah (pori tanah)
di sekitar tegakan cenderung tetap terpelihara, infiltrasi air ke
dalam tanah tetap berjalan normal dan air permukaan kecil
sehingga kondisi air tanah (air estetik) tetap stabil. Di musim
panas tegakan ini tidak boros air yang bermanfaat membuat proses
evapotranspirasi secarakeseluruhan berlangsung rendah.
Kayu / Batang
Kayu untuk berbagai macam peralatandan bangunan. Batang dapat
diambil pati/tepungnya yang dimanfaatkan untuk berbagai macam
makanan. Untuk diambil patinya, pohon aren harus sudah berumur
sekitar 20 tahun. Tepung aren ini memiliki keunggulan yang khas,
belum adasubstitusinya.
Buah dan Biji
Kolang-kaling, dapat dijadikansebagai makanan berserat yang
sangat baik untuk kesehatan.
Daun
Daunmuda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Lidi, digunakan
untuk membuat sapu.
Akar
Akar mengandung saponin, flavonoida dan polifenol
Obat tradisional sebagai peluruhair seni danpeluruh haid
Menurut penelitianBalittro Departemen Pertanian, akar arendapat
digunakan sebagai obat herbal
batu ginjal.
Dapat digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman.
Getah
Getahhasil sadapan berkhasiat sebagai obat sariawan, urus-urus
danobat radang paru
Obat tradisional sebagai peluruhair seni danpeluruh haid
E. Produktivitas Biji Tanaman Aren
Tanamanarenpadausiaproduktif dapat menghasilkan50 kg
biji per pohondalam tiap kali panen.
F. Aren Bioethanol :
Pohonaren mulai dapat disadap setelah berumur 5 tahun
Produktivitas pohon aren mencapai minimal 5 tahun (5-8 tahun)
setelah masapanenpertama.
Pohon aren mampu menghasilkan 20 liter air nira per hari dengan
potensi produksi 36.000 liter per
pohon/tahun
Hargaair nira aren berkisar antara Rp 150,- s.d. Rp 250,-
perliter
TEKNIK BUDIDAYA
Lokasi/Tempat Tumbuh Aren:
Tanaman Aren menyebar luas di banyak daerah dengan wilayah
penyebaran antara garis lintang 200 LU – 110 LS antara lain
Indonesia. Di Indonesia aren banyak tumbuh di wilayah perbukitan,
pegunungan, dan lembah .Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi
tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif,
dapat tumbuhpada tanah liat, berlumpur dan berpasir,
padaketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengancurah hujan
lebihdari 1.200 mm setahun (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009).
Penyebaran tanaman Aren secara alami dibantu oleh musang.
Perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif, yaitu melalui
biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan harus berkualitas baik
dan sudah matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal
aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan
langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang.
Pembuatan bibit berdasarkan asal benih dilakukandengancara:
a. Pembibitan dari biji yang keluar dari perut musang
Biji direndam dalam air dingin selama ± 5 menit, kemudian
dibersihkan dan dijemur sekitar 2 hari. Setelah kering, biji
disemaikan dalan polibag yang telah diisi dengan tanah subur dan
gembur (jika perlu bisa dicampur dengan sedikit pupuk organik)
dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam waktu 12-13 hari
biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan munculnya
hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji tersebut
muncul ke permukaan tanah polybag/wadah lain. Prosentase hidup
kecambah dengancaraini mencapai 80-85%.
b. Pembibitan dari biji aren tua yang dipetik langsung dari
pohon
Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan sampah yang masih basah
dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang 15 hari. Tujuannya,
selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga untuk
merangsang proses fisiologi perkecambahan biji. Setelah itu biji
dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari
sekitar 2 hari. Selanjutnya biji disemaikan dalam polibag seperti
untuk penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat
persemaian sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa
menutupi bedengan, setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka.
Kecambah di dalam bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya
untuk menjaga kelembaban. Biasanya setelah 34 hari biji akan
mulai berkecambah dan sekitar 2-3 minggu kemudian biji akan
muncul kepermukaan tanah polibag. Prosentase hidup kecambah
dengan cara ini sekitar 45%.
c. Pembibitan dari biji yangditebang
Cara ini merupakan modifikasi dari model pembibitan biji aren
yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai dengan
memetik buah, pemendaman dalam sampah, pengulitan, pembersihan,
dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat
bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam
dalam air dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi.
Setelah itu biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17
hari mulai berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul ke
permukaan. Prosentase hidup kecambahdengancaraini sekitar 75%.
d. Pembibitan aren juga dapat dilakukan dengan menggunakan
biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan.
Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang
buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang.
Tahapan perbanyakan tanaman secara generatif adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benihharus matang, sehat yang
ditandai dengankulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak
terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm.
Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar
rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung
plastik atau dus untuk memudahkanpemisahan biji (benih) dari
kulit.

Sabtu, 20 Agustus 2011

manfaat hutan lindung


Hutan lindung di Sulawesi Tengah cukup luas, yaitu 1.489.923 ha, yang tersebar di beberapa kabupaten. Luasan ini sama dengan sekitar 33,90% dari luas hutan di Sulawesi Tengah (4.394.932 ha), atau sekitar 21,90% dari wilayah Provinsi (6.803.300 ha). Peranan hutan lindung ini sangat penting, mengingat hutan lindung memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.


Sama halnya dengan kawasan hutan lainnya, secara umum kawasan hutan lindung juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dikarena terjadi deforestasi dan degradasi sehingga menambah luasan lahan kritis dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya berkurang.

Kerusakan kawasan ini diantaranya disebabkan karena pemanfaatan sumberdaya hutan yang berlebihan, perubahan fungsi, bencana alam, kebakaran hutan, dan dencurian kayu. Akibat dari ini maka berkurangnya sumber penghidupan, sumber air berkurang, longsor/banjir/erosi, kekeringan, kelaparan, iklim berubah dan kualitas lingkungan menurun.

Keberadaan hutan lindung tidak terlepas dari keberadaan masyarakat yang ada di sekitarnya. Karena secara realitas, banyak wilayah desa yg berbatasan langsung dengan hutan lindung, dan mayoritas masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung tergolong miskin.

Dengan memahami kondisi masyarakat sekitar hutan, maka nasib masa depan kawasan hutan lindung akan lebih suram, kecuali jika pengelolaan kawasan hutan lindung memperhitungkan kenyataan ekonomi masyarakat sekitarnya.

Keutuhan kawasan hutan lindung tidak dapat dipertahankan tanpa menyediakan bagi masyarakat sekitar yang hidup bergantung langsung pada sumberdaya hutan, dengan sumberdaya pengganti dan peluang untuk mendapat penghasilan.

Dengan kenyataan di atas, maka upaya pelestarian hutan lindung perlu dilakukan dengan cara menyelaraskan pelestarian dengan kepentingan masyarakat setempat dan mendorong pembangunan sosial dan ekonomi berbagai masyarakat yang hidup dekat perbatasan kawasan hutan lindung. 

Beberapa kegiatan pemberdayaan yang dapat dilakukan diantaranya pada aspek rehabilitasi kawasan, dilakukan melalui pelibatan masyarakat pada pembibitan, penanaman, pengkayaan, pemeliharaan, teknik konservasi secara vegetatif, serta perbaikan lingkungan pada bagian kawasan yang mengalami kerusakan.

Pada aspek restorasi kawasan dapat berupa pelibatan masyarakat melalui pemeliharaan, perlindungan, penanaman, penangkaran satwa, pelepasliaran fauna.

Pada aspek pemanfaatan jasa lingkungan dapat berupa pemanfaatan sumber daya air dan plasma nutfah secara tradisional, wisata alam, penyerapan dan penyimpanan karbon.

Rabu, 17 Agustus 2011

Menyelamatkan Lingkungan


Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa yang kita berikan adalah kepunyaan kita yang sesungguhnya di akhirat nanti. Karena itu, pemilikan atau penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam menuntut agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki. Saat ini hampir seluruh penduduk dunia merasakan peningkatan suhu udara yang makin terasa. Kekeringan terjadi di mana-mana. Musim yang tidak menentu menyebabkan gagal panen, terutama di kalangan petani tradisional. Mencairnya tudung atau kutub es telah menyebabkan naiknya permukaan air laut.
Dengan tingkat kenaikan permukaan laut rata-rata 15 cm pada abad ke-20, beberapa pulau di Pasifik seperti Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshal sudah tenggelam. Menjelang tahun 2100, permukaan air laut bisa mencapai 90 cm dan bisa menenggalamkan Kepulauan Maladewa dan beberapa pulau Indonesia di Samudera Hindia.
Sementara itu di musim hujan, curah hujan makin tinggi yang berakibat banjir di mana-mana, terjadinya tanah longsor, dan banjir bandang. Karena kondisi bumi yang diperparah dengan penggundulan hutan dan pembuangan sampah yang tak terkendali.
Jika tidak segera dilakukan langkah penyelamatan, akan makin banyak spesies makhluk hidup yang punah. Bisa jadi, “kiamat” akan terjadi lebih cepat karena kerusakan alam yang sangat parah dan berbagai bentuk bencana alam seperti badai, angin topan, banjir bandang, dan sebagainya. Para ahli lingkungan mulai banyak bicara mengenai bahaya pemanasan global (global warming). Namun, sayangnya para dai masih belum banyak angkat bicara masalah ini. Padahal pemahaman mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pemanasan global ini harus dilihat dari dua sudut pandang. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan teknologi dan budaya, maupun dari sudut pandang keagamaan. Keduanya harus dilakukan bersamaan agar bahaya ini bisa segera kita atasi bersama-sama.
Bisa jadi para dai belum banyak berbicara tentang pemanasan global karena merasa kurang menguasai substansinya. Jika hal itu benar, tidak ada cara lain selain para dai memperbanyak literatur tentang pemanasan global. Ketika seorang dai berceramah tentang gejala pemanasan global dengan dipadukan dalil-dalil syar’i, maka insya Allah umatpun akan lebih mudah tergerak hati dan pikirnya untuk merespon gejala pemanasan global.

Minggu, 14 Agustus 2011



Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan Lindung

Hutan lindung di Sulawesi Tengah cukup luas, yaitu 1.489.923 ha, yang tersebar di beberapa kabupaten. Luasan ini sama dengan sekitar 33,90% dari luas hutan di Sulawesi Tengah (4.394.932 ha), atau sekitar 21,90% dari wilayah Provinsi (6.803.300 ha). Peranan hutan lindung ini sangat penting, mengingat hutan lindung memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.


Sama halnya dengan kawasan hutan lainnya, secara umum kawasan hutan lindung juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dikarena terjadi deforestasi dan degradasi sehingga menambah luasan lahan kritis dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya berkurang.

Kerusakan kawasan ini diantaranya disebabkan karena pemanfaatan sumberdaya hutan yang berlebihan, perubahan fungsi, bencana alam, kebakaran hutan, dan dencurian kayu. Akibat dari ini maka berkurangnya sumber penghidupan, sumber air berkurang, longsor/banjir/erosi, kekeringan, kelaparan, iklim berubah dan kualitas lingkungan menurun.

Lestari dan jaga Hutan Lindung Wehea


Mengikuti Badan Lingkungan Hidup Melihat Hutan Lindung Wehea (1)
Minggu (18/4) lalu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutim melakukan monitoring ke kawasan hutan lindung Wehea di kecamatan Muara Wahau. Rombongan yang ikut cukup lumayan, ada 10 kendaraan roda empat, dipimpin langsung Kepala BLH Kutim HR Didi Suryadi serta sejumlah pejabat dan unsure manajemen PT Kaltim Prima Coal juga ikut serta.  Begitu rombongan sudah berkumpul di kantor BLH Kutim kawasan Bukit Pelangi, Didi Suryadi memberikan arahan serta memimpin doa sebelum berangkat. Meski Wakil Bupati (Wabup) H Ardiansyah Sulaiman sempat menengok sebentar, namun mantan Wakil Ketua DPRD Kutim ini enggan melepasnya.