Rabu, 17 Agustus 2011

Menyelamatkan Lingkungan


Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa yang kita berikan adalah kepunyaan kita yang sesungguhnya di akhirat nanti. Karena itu, pemilikan atau penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam menuntut agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki. Saat ini hampir seluruh penduduk dunia merasakan peningkatan suhu udara yang makin terasa. Kekeringan terjadi di mana-mana. Musim yang tidak menentu menyebabkan gagal panen, terutama di kalangan petani tradisional. Mencairnya tudung atau kutub es telah menyebabkan naiknya permukaan air laut.
Dengan tingkat kenaikan permukaan laut rata-rata 15 cm pada abad ke-20, beberapa pulau di Pasifik seperti Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshal sudah tenggelam. Menjelang tahun 2100, permukaan air laut bisa mencapai 90 cm dan bisa menenggalamkan Kepulauan Maladewa dan beberapa pulau Indonesia di Samudera Hindia.
Sementara itu di musim hujan, curah hujan makin tinggi yang berakibat banjir di mana-mana, terjadinya tanah longsor, dan banjir bandang. Karena kondisi bumi yang diperparah dengan penggundulan hutan dan pembuangan sampah yang tak terkendali.
Jika tidak segera dilakukan langkah penyelamatan, akan makin banyak spesies makhluk hidup yang punah. Bisa jadi, “kiamat” akan terjadi lebih cepat karena kerusakan alam yang sangat parah dan berbagai bentuk bencana alam seperti badai, angin topan, banjir bandang, dan sebagainya. Para ahli lingkungan mulai banyak bicara mengenai bahaya pemanasan global (global warming). Namun, sayangnya para dai masih belum banyak angkat bicara masalah ini. Padahal pemahaman mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pemanasan global ini harus dilihat dari dua sudut pandang. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan teknologi dan budaya, maupun dari sudut pandang keagamaan. Keduanya harus dilakukan bersamaan agar bahaya ini bisa segera kita atasi bersama-sama.
Bisa jadi para dai belum banyak berbicara tentang pemanasan global karena merasa kurang menguasai substansinya. Jika hal itu benar, tidak ada cara lain selain para dai memperbanyak literatur tentang pemanasan global. Ketika seorang dai berceramah tentang gejala pemanasan global dengan dipadukan dalil-dalil syar’i, maka insya Allah umatpun akan lebih mudah tergerak hati dan pikirnya untuk merespon gejala pemanasan global.
Dampak Berlebih-Lebihan
Penyebab utama pemanasan global adalah perpindahan unsur karbon (C) dari lapisan kerak bumi (litosfer/hidrosfer) ke lapisan udara (atmosfer). Perpindahan itu banyak terjadi melalui proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Pembakaran bahan bakar fosil umumnya disebabkan aktivitas industri, transportasi, dan rumah tangga. Aktivitas tersebut meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan keinginan masyarakat modern yang kian beragam. Pada saat udara panas, masyarakat modern lebih suka menggunakan AC daripada kipas angin. Padahal penggunaan AC sebenarnya turut serta memanaskan bumi.
Penggunaan gas AC atau freon (CFC=Chlorofluorocarbon) dan penggunaan bahan bakar fosil akan terakumulasi di lapisan atmosfer bumi. Kumpulan senyawa karbon tersebut akan membentuk suatu lapisan yang bisa dilewati sinar matahari dari angkasa luar tetapi tidak bisa dilewati pantulan sinar matahari dari permukaan bumi. Padahal sinar matahari yang memantul itu mempunyai efek panas tinggi (inframerah). Karena tidak dapat melewati lapisan senyawa karbon, makin lama efek panas tersebut makin terasa di bumi. Lapisan senyawa karbon itu disebut efek rumah kaca, bisa ditembus sinar matahari dari luar tetapi tidak bisa ditembus oleh pantulannya dari permukaan bumi. Gejala itulah yang disebut pemanasan global.
Pandangan Islam mengenai pertambahan penduduk dan keinginan masyarakat modern yang makin beragam sudah diingatkan Allah swt. agar tidak berlebihan. Dalam surah Al-Isra’/17 ayat 27 disebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Sebenarnya secara alami, semua keperluan hidup umat manusia sudah dicukupi Allah. Bahkan lebih dari cukup. Adanya sifat rakus dan serakah dalam diri manusia-lah yang menyebabkan timbul rasa kurang. Sebagai contoh, sebuah keluarga yang seharusnya cukup mempunyai sebuah mobil, tetapi ternyata mempunyai lebih dari sebuah mobil. Begitu pula dengan kepemilikan rumah. Jika hal itu melanda umat manusia, maka sumber daya alam akan terkikis habis. Akibatnya, pencemaran lingkungan juga bukan masalah yang mustahil lagi.
Kemajuan teknologi, yang seharusnya disyukuri untuk mempermudah kehidupan justru digunakan sebagai sarana pemuas hawa nafsu. Itulah awal terjadinya pemanasan global. Maha Benar Allah dengan firman-Nya, “..Jika kamu bersyukur pasti Kami (Allah) menambah kenikmatan. Dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku angat pedih.” (Q.S. Ibrahim/14:7)
Secara ilmiah, banyak metode diteliti dan diterapkan untuk mengatasi gejala pemanasan global, seperti menanam pohon untuk menyerap gas karbondioksida di udara, mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan sebagainya. Al-Qur’an lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dengan sikap preventif yaitu dengan tidak berlebih-lebihan atau bersikap boros. Allah berfirman yang artinya, “Dan termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih orang-orang yang apabila menginfakkan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir, melainkan antara keduanya secara wajar.” (Q.S. Al-Furqan/24: 67)
Setiap aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti memengaruhi lingkungan. Hal tersebut telah ditanyakan oleh para malaikat kepada Allah, mengapa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, padahal manusia itu akan membuat kerusakan di muka bumi. Pertanyaan ini terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan manusia yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu, dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Beberapa ilmuwan menyatakan pemanasan global terjadi karena faktor alam. Namun sebagian besar lagi menyatakan hal itu terjadi karena ulah manusia. Al-Qur’an menjawab penyebab pemanasan global melalui surah Asy-Syura ayat 21 yang artinya, ”Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Teliti terhadap keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa penybab kerusakan bumi itu adalah ulah manusia sendiri yang melampaui batas (berlebih-lebihan).
Para peneliti mulai menyimpulkan bahwa kemajuan teknologi yang tidak diimbangi kontrol lingkungan akan membawa efek negatif. Jika kemajuan teknologi disematkan kepada negara-negara industri maka tidak aneh jika mereka dikatakan sebagai pelopor timbulnya gejala pemanasan global. Adapun negara berkembang, terutama yang masih memiliki banyak hutan dikatakan sebagai pengontrol bumi.
Tanpa harus menunggu datangnya sebutan “pengontrol bumi”, sebagai seorang muslim kita tetap harus mengontrol lingkungan di sekitar kita. Karena itu marilah sebagai umat Islam kita pahami bahaya yang akan ditimbulkan adanya pemanasan global. Partisipasi kita adalah dengan mengamalkan perintah Allah dalam Al-Qur’an untuk tidak berlebih-lebihan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita di dunia. Dengan demikian sebagai kaum muslimin kita dapat ikut melindungi bumi dan lingkungan hidup dari pemanasan global, sekaligus melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepada manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar