Selasa, 23 Agustus 2011

PENDAHULUAN




Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati yang terdiri
atas flora dan fauna. Salah satu flora jenis pohon yang banyak
ditemui di Indonesia adalah Aren (Arenga pinnata). Aren bisa
tumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, di dataran,
lereng bukit, lembah, dan gunung hingga ketinggian 1.400 mdpl.
Akar tanaman yang bisa mencapai kedalaman 6–8 meter ini dapat
menahan erosi, serta sangat efektif menarik dan menahan air. Aren
termasuk jenis palma yang multifungsi, karena seluruh bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Keuntungan lain dalam pengembangan jenis ini, tanaman yang
notabene merajai tanah Indonesia ini tidak membutuhkan pemupukan
dan tidak terserang hama ataupun penyakit yang mengharuskan
penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan. Tidak seperti
singkong dan tebu yang dipanen 3-4 bulan sekali, aren dapat
dipanen sepanjang tahun. Menurut Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit
kimia LIPI, Dr. Hery Haeruddin, dalam satu hektar tanah bisa
ditanami 75-100 pohon. Satu pohon aren mampu menghasilkan hingga
20 liter nira per hari.
Tanaman aren memiliki segudang kelebihan yang tak tertandingi,
dan ke depan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil
bioethanol. Aren memproduksi 36.000 liter ethanol per hektar per
tahun. Untuk menghasilkansatu liter bioetanol diperlukansekitar
15 liter nira. Masa produktif tanaman aren6-8 tahun.
Sejak tahun 2007, Presiden mencanangkan program nasional
penanaman aren di wilayah Indonesia. Anggaran sebesar kurang
lebih 60 miliar disiapkan untuk mensukseskan program tersebut.
Sebuah angin segar yang menjadi pemacu semangat para petani aren
menjadi besar karena permintaan aren tak hanya untuk memenuhi
industri gula saja, namun juga untuk industri bioetanol yang saat
ini sangat marak. Diperkirakan luas lahan potensial yang bisa
digarap untuk lahan aren sekitar 65.000 hektar, tersebar di
wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera
Utara, danNusaTenggaraTimur.
DESKRIPSI TANAMAN AREN
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/1.jpgA.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Spadicitlorae
Suku : Palmae
Marga : Arenga
Jenis : Arenga pinnata Merr.
Namaumum/dagang: Aren
B. Nama Daerah
Aceh : Bakjuk/Bakjok
Karo : Pola/Paula
Toba : Bagot
Mandailing : Agaton/Bargat
Jawa : Aren/Kawung
Sunda : Anau/Neluluk/Nanggong
Dayak : Hanau
Toraja : Onau
Ambon : Mana/Nawa-nawa
C. Habitus
Pohon : Tegak, warna hijau kecoklatan, berupa roset
batang dan berpelepah. Ketinggian tanaman bisa mencapai 25 m,
tanpa banir.
Batang : Tidak berduri, tidak bercabang, diameter dapat mencapai
65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya
jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua
mudah lepas) maka batang pohon aren ini sangat kotor karena
batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua
sulit diambil atau lepas dari batangnya.
Daun : majemuk menyirip, seperti daun kelapa dengan panjang 5 m.
Tangkai daun panjangnyadapat mencapai 1,5 meter Panjang helaian
daun dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm. Anak daun berbentuk
Janset, menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata,
tangkai pendek, warnahijau muda-tua. Bagian bawah daun terdapat
lapisan lilin.
Bunga : Berkelamin tunggal (berumah satu), bentuk tongkol.
Pada ketiak daun : bunga jantan dan betina menyatu pada tongkol,
benang sari banyak, kepala sari bentuk jarum, bunga betina bulat,
bakal buah tiga, putih tiga, putih, mahkota berbagi tiga, kuning
keputih-putihan.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/2.jpgBuah : Buah buni
bentuk bulat atau lonjong, ujung ke dalam, diameter ± 4 cm,
beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti
rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap
tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai
coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena
getahnyasangat gatal.
Biji : Di dalam buah yang masih belum terlalu matang, biji aren
mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya
berwarna kuning dan tipis, bentuk bijinya bulat atau lonjong.
Biji muda ini dikenal dengan nama Kolang Kaling.
Akar : Perakaran serabut, penyebaran secara horisontal mendalam
dapat mencapai > 5m.
D. Manfaat Tanaman
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/3.jpgTegakan
Tegakan Aren dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi di kawasan
lindung baik dalam kawasan hutan lindung maupun kawasan yang
berfungsi sebagai perlindungan setempat. Tegakan Aren dapat
dijadikan sebagai pembatas kawasan hutan dengan lahan masyarakat
yang diambil manfaatnya oleh masyarakat setempat.
Sistem perakaran aren yang serabut dan sebaran horisontal dengan
panjang > 5 m sangat efektif dalam mencegah erosi maupun tanah
longsor pada tanah yang labil.
Tegakan ini sangat bagus dalam mendukung ketersediaan air tanah,
ditunjang oleh sistem perakarannya. Permukaan tanah (pori tanah)
di sekitar tegakan cenderung tetap terpelihara, infiltrasi air ke
dalam tanah tetap berjalan normal dan air permukaan kecil
sehingga kondisi air tanah (air estetik) tetap stabil. Di musim
panas tegakan ini tidak boros air yang bermanfaat membuat proses
evapotranspirasi secarakeseluruhan berlangsung rendah.
Kayu / Batang
Kayu untuk berbagai macam peralatandan bangunan. Batang dapat
diambil pati/tepungnya yang dimanfaatkan untuk berbagai macam
makanan. Untuk diambil patinya, pohon aren harus sudah berumur
sekitar 20 tahun. Tepung aren ini memiliki keunggulan yang khas,
belum adasubstitusinya.
Buah dan Biji
Kolang-kaling, dapat dijadikansebagai makanan berserat yang
sangat baik untuk kesehatan.
Daun
Daunmuda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Lidi, digunakan
untuk membuat sapu.
Akar
Akar mengandung saponin, flavonoida dan polifenol
Obat tradisional sebagai peluruhair seni danpeluruh haid
Menurut penelitianBalittro Departemen Pertanian, akar arendapat
digunakan sebagai obat herbal
batu ginjal.
Dapat digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman.
Getah
Getahhasil sadapan berkhasiat sebagai obat sariawan, urus-urus
danobat radang paru
Obat tradisional sebagai peluruhair seni danpeluruh haid
E. Produktivitas Biji Tanaman Aren
Tanamanarenpadausiaproduktif dapat menghasilkan50 kg
biji per pohondalam tiap kali panen.
F. Aren Bioethanol :
Pohonaren mulai dapat disadap setelah berumur 5 tahun
Produktivitas pohon aren mencapai minimal 5 tahun (5-8 tahun)
setelah masapanenpertama.
Pohon aren mampu menghasilkan 20 liter air nira per hari dengan
potensi produksi 36.000 liter per
pohon/tahun
Hargaair nira aren berkisar antara Rp 150,- s.d. Rp 250,-
perliter
TEKNIK BUDIDAYA
Lokasi/Tempat Tumbuh Aren:
Tanaman Aren menyebar luas di banyak daerah dengan wilayah
penyebaran antara garis lintang 200 LU – 110 LS antara lain
Indonesia. Di Indonesia aren banyak tumbuh di wilayah perbukitan,
pegunungan, dan lembah .Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi
tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif,
dapat tumbuhpada tanah liat, berlumpur dan berpasir,
padaketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengancurah hujan
lebihdari 1.200 mm setahun (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009).
Penyebaran tanaman Aren secara alami dibantu oleh musang.
Perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif, yaitu melalui
biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan harus berkualitas baik
dan sudah matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal
aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan
langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang.
Pembuatan bibit berdasarkan asal benih dilakukandengancara:
a. Pembibitan dari biji yang keluar dari perut musang
Biji direndam dalam air dingin selama ± 5 menit, kemudian
dibersihkan dan dijemur sekitar 2 hari. Setelah kering, biji
disemaikan dalan polibag yang telah diisi dengan tanah subur dan
gembur (jika perlu bisa dicampur dengan sedikit pupuk organik)
dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam waktu 12-13 hari
biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan munculnya
hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji tersebut
muncul ke permukaan tanah polybag/wadah lain. Prosentase hidup
kecambah dengancaraini mencapai 80-85%.
b. Pembibitan dari biji aren tua yang dipetik langsung dari
pohon
Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan sampah yang masih basah
dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang 15 hari. Tujuannya,
selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga untuk
merangsang proses fisiologi perkecambahan biji. Setelah itu biji
dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari
sekitar 2 hari. Selanjutnya biji disemaikan dalam polibag seperti
untuk penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat
persemaian sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa
menutupi bedengan, setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka.
Kecambah di dalam bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya
untuk menjaga kelembaban. Biasanya setelah 34 hari biji akan
mulai berkecambah dan sekitar 2-3 minggu kemudian biji akan
muncul kepermukaan tanah polibag. Prosentase hidup kecambah
dengan cara ini sekitar 45%.
c. Pembibitan dari biji yangditebang
Cara ini merupakan modifikasi dari model pembibitan biji aren
yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai dengan
memetik buah, pemendaman dalam sampah, pengulitan, pembersihan,
dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat
bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam
dalam air dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi.
Setelah itu biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17
hari mulai berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul ke
permukaan. Prosentase hidup kecambahdengancaraini sekitar 75%.
d. Pembibitan aren juga dapat dilakukan dengan menggunakan
biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan.
Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang
buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang.
Tahapan perbanyakan tanaman secara generatif adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benihharus matang, sehat yang
ditandai dengankulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak
terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm.
Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar
rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung
plastik atau dus untuk memudahkanpemisahan biji (benih) dari
kulit.

http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/4.jpg2. Pengambilan
Biji dari Buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakansarung
tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan
menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu
dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit
buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah.
Dengan cara ini, biji dapat diambil denganmudahdanpadakondisi ini
kulit buah arentidak gatal lagi
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/5.jpg3.
Perkecambahan
Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya bedeng tabur
atau kotak plastik, dengan media campuran pasir + serbuk gergaji
(2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas
pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira
3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam
endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap
hari untuk mempertahankankelembabanyang tinggi sekitar 80%.
4. Memindahkan Kecambah pada Polybag (Overspin)
Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai
panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam
polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk
pembibitan dalam kantong plastik (polybag) adalah tanah-tanah
lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan
perbandingan1:2, dan diisi ¾ bagian kantong polybag.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/6.jpg
5. Pengamatan Perkembangan Benih dan Bibit
Benih sehat yang ditanam akan mulai berkecambah pada kisaran 12 s.d.
32 hari tergantung asal perolehan biji seperti yang
telahdijelaskan sebelumnya. Secara umum, mulai benih berkecambah
s.d. overspin di persemaian adalah selama ± 3 bulan. Setelah itu
bibit dipindahkan ke dalam polybag menunggu perkembangan sampai
siap tanam pada usia11-12bulan.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/7.jpg6. Perawatan
Bibit
Berupa penyiraman dan pemupukan serta mencegah dari serangan
persemaian hama dan penyakit. Serangan hama bibit aren di
persemaian yang paling umum adalah tikus dan musang yang memakan
biji/lembaga yang masih menempel di bibit.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/8.jpg7. Ciri-Ciri
Bibit Siap Tanam
Berumur 11-12 bulan
Ketinggianrata-rata40-50 cm
Perkembangan pertumbuhan batang dan daunnya proporsional
Akar sudah menembus keluar dari polybag, batangnya cukup kokoh
dan daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah(tidak
menguncup).
Jumlah daun cukup banyak (sekitar 6-10 lembar), warna daun hijau
segar dengan permukaan yang mengkilat.
http://dinhut.jatengprov.go.id/www/aren/9.jpg8. Penanaman
Penanaman aren dapat dilakukan secara monokultur maupun
tumpangsari. Untuk penanaman monokultur, bibit yang baik ditanam
pada lahan yang sesuai dengan Tanaman Aren berumur 6 bulandi
lapanganpada urutan sebagai berikut :
Pemasanganacir terlebihdahulu padalahanyang
telahdisiapkandenganjarak 5 x5 m atau 9 x9 m.
Pembuatan lubang tanam ukuran 30 x 30 x 30 cm, untuk mempercepat
pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang, urea, TSP.
Lubang tanam yang telahdiberi pupuk didiamkanselama3-5 hari.
Mulai penanaman, dengan cara membuka polybag terlebih dahulu
Bibit dimasukkan pada lubang tanam dan sisa lubang tanam ditimbun
dengan tanah sambil ditekan dengan tangan
Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiangan
gulma sekitar tanaman, penanggulangan hama dan penyakit, dsb.
Hamayang menyerang tanaman muda aren di lapangan adalah tikus,
musang, dan tupai.
Bibit yang baru ditanam sebaiknyadiberi naungan atau peneduh.
POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN AREN di JAWA
TENGAH

A. Wilayah Persebaran
Di Indonesia, persebaran tanaman aren terutama terdapat
di empat belas provinsi yaitu : Papua, Maluku, Maluku Utara,
Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan
dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 provinsi sekitar 70.000
Ha.
B. Ketersediaan Bibit Aren diJawa Tengah,
Pengembangan jenis aren melibatkan kegiatan koleksi
benih dari berbagai tempat penyebaran alam (provenans) sebagai
upaya konservasi genetik dan pengembangan sumber benih.
Sumberdaya genetik yang digunakan berasal dari daerah-daerahpopulasi
alami arenyang ada di :
Kab. Temanggung
Baturraden-Kab. Banyumas
Kab. Purworejo
Kab. Surakarta
Kab. Cilacap
C. Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan
1. Pengembangan Tanaman Aren pada Kawasan Hutan
Dalam upaya pengembangan tanaman aren di Jawa Tengah, beberapa
lokasi pada kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum
Perhutani di Jawa Tengah sangat cocok untuk pengembangan tanaman
aren. Pengembangan tanaman ini difokuskan pada hutan lindung dan
maupun pada batas desa berdekatan dengan hutan produksi.
Perincian lokasi yang sesuai untuk pengembangan hutan tanaman
aren pada kawasan hutan negara di Jawa Tengah tahun 2008 dan 2009
adalah sbb. :
a. KPH Kedu Utara
b. KPH Kedu Selatan,
c. KPH Surakarta,
d. KPH Banyumas Barat,
Pohon Induk aren di petak1D
e. KPH Banyumas Timur
2. Pengembangan pada Lahan Milik Masyarakat
Selama ini produksi yang terkenal dari pohon aren adalah nira
sebagai bahan baku pembuatan gula aren. Produksi bahan baku nira
makin langka di Pulau Jawa, karena terjadi banyak penebangan
pohon aren tanpa memperhatikan peremajaan. Tanaman aren banyak
tumbuh di wilayah perbukitan, pegunungan, dan lembah. Tanaman ini
tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan
pemeliharaan yang intensif, dapat tumbuh pada tanah liat,
berlumpur dan berpasir, pada ketinggian antara 9 – 2000 m dpl
dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun.
Pengembangan tanaman aren di lahan masyarakat Provinsi Jawa
Tengah akan memberikan dampak positif bagi upaya konservasi,
peningkatan produktifitas lahan, dan pada akhirnya memberi dampak
positif bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
D. Dukungan Stakeholders untuk Pengembangan Tanaman
Aren
1. Gubernur Prov. Jateng sangat mendukung bagi
pengembangan tanaman aren.
2. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah mulai tahun 2008 mulai
membudidayakan tanaman aren melalui penanaman. Program ini
ditunjang dengan banyaknya persebaran aren alami di wilayah hutan
produksi yang dikelola Perum Perhutani Unit I Jateng.
3. Lokasi pengembangan tanaman aren yang dilaksanakan Perum
Perhutani Unit I JawaTengah:
batas hutan dengan desa,
hutanlindung,
tanamanpengisi pada hutanproduksi,
tanamanpengkayaanpada hutanproduksi kelas hutan HAKL
4. Di Kabupaten Temanggung, aren yang pernah menjadi primadona di
wilayah ini mendapatkan perhatianPemda setempat untuk mulai
dikembangkandan meraih kembali kejayaan produk tanaman aren.
5. Fakultas Pertanian UKSW memberikan perhatian terhadap mulai
langkanya tumbuhan aren alami. Pada tahun 2002 UKSW bekerja sama
dengan Direktorat Pendidikan Tinggi menyelenggarakan kegiatan
optimalisasi tani dalam penyediaan bibit aren di Tegaron,
Banyubiru. Tujuannya untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan
baku industri gulaaren pada masa-masa mendatang. Metode yang
ditawarkan kepada petani berupa pelatihan pembibitan aren,
demplot pembibitan aren, dan pendampingan.
AREN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN BAKAR
NABATI

Sejumlah studi menunjukkan bahwa minyak nabati memiliki
peranan yang sangat menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif,
baik untuk mesin diesel maupun bahan bakar untuk keperluan rumah
tangga, seperti minyak tanah.
Revolusi aren seperti di Sulawesi yang tiba-tiba menyeruak ini
bukanlah tanpa sebab. Aren ditengarai menghasilkan bioetanol
paling banyak dan paling bagus di antara tanaman lain. Target ke
depan, bioetanol akan menggantikan posisi bahan bakar minyak dari
fosil yang disadari makin lama persediaannya makin menipis dan
dituding menyebabkan global warming.
Bahan bakar minyak fosil memang tak pernah ramah pada
lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkannya mulai terasa membawa
bencana. Efek gas rumah kaca yang disebabkan emisi karbon
menyebabkan kenaikan suhu yang cukup signifikan. Es di kutub
mencair, gleitser menurun dan hilang, permukaan laut naik,
perubahan cuaca terjadi secara ekstrem dan sulit diprediksi,
banjir menerjang berbagai wilayah, berbagai jenis badai datang
silih berganti. Sejumlah jenis tanaman dan hewan musnah,
keanekaragaman hayati menurun, hasil pertanianmenurun, dan
berebagai jenis penyakit mengintai manusia.
Daerah gletser atau salju abadi di Puncak Cartenz tahun 1995
berkurang hingga 70%. Padahal, inilah satu-satunya gleitser di
negara tropis. Di belahan dunia dengan empat musim, jumlah hari
dengan suhu beku berkurang, musim panas lebih kering, dan musim
dingin menjadi lebih lembab. Segala bencana tersebut sebagian
besar dikarenakan penggunaan bahan bakar minyak fosil yang
semakin hari berjumlah semakin besar. Sekitar 36% bahan bakar
fosil yang menjadi sumber emisi karbondioksida berasal dari
pembangkit listrik dan kilang minyak, 27% dari transportasi, 21%
industri, dan 15% dari rumah tangga. Data Badan Energi
Internasional (IEA) tahun 2005 menunjukkan, sektor transportasi
dunia menggunakan 1.473 juta ton bahan bakar yang terdiri dari
872 juta ton bensin dan 601 juta ton solar. Jika tak segera
diminimalisir, efek global warming akan semakin buruk, bahkan
dapat menyebabkan kepunahan dunia. Para ahli memperkirakan, jika
konsumsi energi fosil terus bertambah atau minimal tidak menurun,
suhu udara pada tahun 2100 akanmeningkat 5,8o C.
Namun bukanlah kaum manusia jika tak dapat menemukan pemecahan
masalah melalui uji inovasi yang canggih. Pemakaian bahan bakar
fosil harus segera dicarikan pengganti. Agrofuel muncul sebagai
bintang. Tanaman atau bahan nabati ternyata tak hanya bermanfaat
sebagai bahan pangan, tetapi juga dapat diolah menjadi bahan
bakar biofuel atau biodiesel yang kualitasnya bahkan jauh lebih
baik dibanding bahan bakar minyak fosil. Selain itu, biofuel pun
ternyata memiliki emisi karbon yang sangat rendah, sehingga lebih
ramah lingkungan.
Industri agrobisnis mulai dibuka besar-besaran demi meraih
target pasokan biofuel. Produksi biodiesel negara-negara Uni
Eropa meningkat cepat dari 1 miliar liter pada tahun 2000 menjadi
4,5 miliar liter pada tahun 2006. Produksi bioetanol dunia juga
meningkat cepat: dari 30 miliar liter menjadi 46 miliar liter
pada periode yang sama. Ditargetkan pada tahun 2010 produksi
bioetanol dunia akan mencapai 54 miliar liter atau setarasatu
persendari konsumsi energi fosil duniapadatahuntersebut.
Bahkan di Indonesia sendiri menargetkan, di rentang waktu
tahun 2007 – 2010 pemerintah mengganti 1,48 miliar liter bensin
dengan bioetanol, seperti yang ditetapkan pada Peraturan
Pemerintah No 5/2006. Pengolahan bahan nabati tak lagi hanya
sekedar untuk pemenuhan persediaan pangan, tetapi mulai merambah
ke pengembangan biofuel. Jagung, tebu, singkong, kedelai, ubi
jalar, kanola, maupun kelapa sawit mulai diolahskala besar untuk
produktivitas biofuel. Brazil berjaya berkat produksi biofuel
dari tebu.
Pemerintah Amerika menghabiskan dana senilai 9,2 milyar dollar
untuk subsidi ethanol di tahun 2008. Negara-negara Uni Eropa dan
Afrika pun mengembangkan jagung sebagai primadona. Sedangkan
negara-negara tropis seperti Indonesia maupun Malaysia memacu
produktivitas kelapa sawit. Namun sebuah solusi selalu mengandung
resiko. Pemecahan biofuel puntak melulu mulus, melainkanjuga
menuai kritik dan kecaman.
Indonesia sempat dituding sebagai biang kerok global warming
saat banyak kebakaran hutan terjadi. Banjir tak terelakkan.
Ekosistem fauna pun tak lagi lestari. Bahkan ada temuan baru yang
menyatakan bahwa kadar nitrous oxide (N2O) yang dihasilkan oleh
biofuel atau biodiesel dari kanola, tebu, kedelai, maupun jagung
justru dapat memperparah efek global warming. Selain itu produksi
yang dihasilkan jauh lebih sedikit daripada bahan yang digunakan.
Jagung memproduksi bioetanol sebanyak 6.000 liter per hektar per
tahun, singkong 2.000 liter, biji sorgum 4.000 liter, sedangkan
jerami padi, dan ubijalar 7.800 liter. Ada tanaman yang lebih
potensial dan produktif dibanding lainnya, yakni pohon aren atau
enau, yang ternyata banyak tumbuh di Indonesia.
Aren memproduksi 40.000 liter ethanol per hektar per tahun.
Selainitu, tanaman jenis palma ini memiliki segudang kelebihan
yang tak tertandingi. Aren bisa tumbuh subur di tengah pepohonan
lain dan semak-semak, di dataran, lereng bukit, lembah, dan
gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut, jadi
tak perlu membabat hutan. Selain itu, akarnya yang bisa mencapai
kedalaman 6–8 meter ini bisa menahan erosi, serta sangat
efektif menarik dan menahan air.
Keuntungan lain, tanaman yang notabene merajai tanah Indonesia
ini tidak membutuhkan pemupukan dan tidak terserang hama ataupun
penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman
bagi lingkungan. Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen 3-4
bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Menurut Kepala
Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI, Dr. Hery Haeruddin, dalam
satu hektar tanah bisa ditanami 75-100 pohon. Satu pohon aren
mampu menghasilkan hingga 20 liter nira per hari. Sedangkan untuk
menghasilkan satu liter bioetanol diperlukan sekitar 15 liter
nira. Tanaman jenis palma ini produktif hingga6-8 tahun.
Mulanya aren hanya dianggap sebagai tanaman liar yang banyak
tumbuh di sekitar hutan dan hanya dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar. Namun semenjak disadari bahwa aren merupakan komoditas
potensial yang juga mampu mengeruk keuntungan besar, aren mulai
dibudidayakan dalam skala besar untuk sektor industri.
Pemanfaatanlahankritis mulai dimaksimalkan.
Para investor pun mulai berdatangan, baik asing maupun dalam
negeri, misalnya PT Halmahera Enginering, PT Molindo Raya
Industrial, Sugar Group Company (SGC), PT Tirtamas Majutama, dan
masih banyak lagi perusahaan yang menilai aren sebagai peluang
yang amat potensial. “Beberapa investor dari Kanada, Amerika
Serikat, dan Brasil siap mendanai. Bahkan, negara-negara itu siap
membeli produksi bioetanol kita. Jadi, kalau di dalam negeri
tidak ada yang mau membeli, tidak perlu khawatir karena pasar
luar negeri sudah menunggu dan siap memborong produk bioetanol
kita,” kata Prabowo Subianto di suatu acara di Minahasa. Untuk
membangun satu pabrik bioetanol dengan kapasitas 500 ton per hari
diperlukan
investasi sekitar US$ 17 juta. Jika industri ini maju pesat,
masalah pengangguran pun dapat teratasi. Sejauh ini, permintaan
dunia terhadap biofuel belum terpenuhi maksimal lantaran
ketersediaan bahan yang masih sedikit. Padahal permintaan pasar
cukup besar dan tak terbatas, terutama di wilayah Amerika dan Uni
Eropa yang paling boros pemakaian bahan bakarnya.
Saat ini harga bersih ethanol di pasaran dunia berkisar antara
1.15 – 1.30 dolar per galon. Maka, jika Indonesia memanfaatkan
peluang ini untuk memenuhi kebutuhan biofuel dunia, tak diragukan
lagi bahwa negara kita akan panen devisa.
PENUTUP
Solusi untuk mengatasi krisis energi dengan menyediakan bahan
bakar alternatif dari bahan baku nabati memang belum dirasakan
secara luas dan nyata di masyarakat. Namun demikian, upaya
menanam dan mengembangkan tanaman aren adalah wujud tindakan yang
sangat positif dipandang dari segi konservasi alam dan karya
nyata para Rimbawan di bidang kehutanan. Menanam jenis yang
memiliki multi fungsi memberikan aneka manfaat dalam
jangkapanjang.
Demikianlah Informasi Kehutanan Tahun 2009 ini disusun, mudah-mudahan
menambah pengetahuan dan dapat dimanfaatkan bagi pembaca dalam
memilih alternatif jenis tanaman untuk menghijaukan JawaTengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar